Dengan
dasar – dasar Komunikasi terapeutik secara umum.
1. Pada Klien dengan Gangguan
Sensoris Pendengaran
Pada
klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang
dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Teknik Komunikasi
Berikut
adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran:
- Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien
- Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda
- Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim
- Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)
- Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
- Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
- Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
2. Klien dengan Gangguan
Penglihatan
Gangguan
penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa
mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain
dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus
hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan
visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh
karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran
dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
Teknik Komunikasi
Berikut
adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan:
- Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya
- Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda
- Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
- Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien
- Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi
- Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
- Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru
3. Klien Gangguan Wicara
Berkomunikasi
dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat
dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara
umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau
menggunakan tulisan dan gambar.
Teknik Komunikasi
Pada
saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut perlu
diperhatikan :
- Perhatikan mimik dan gerak bibir klien
- Memperjelas kata-kata yang diucapkan kien dengan mengulang kembali
- Batasi topik pembicaraan
- Suasana rilek dan pelan
- Bila perlu gunakan bahasa tulisan/simbol
4. Sistem social
5. Pengaruh
komunikasi
1. Ditinjau dari komunikan1. Kecakapan2. Sikap3. Pengetahan4. Sistem
sosial5. Saluran (pendengaran, penglihatan)
dari komunikanFaktor yang menghambat komunikasi : (Blais, Kathleen Koening,
dkk, 2002)1. Tahap perkembangan2. Jenis kelamin3. Peran dan hubungan4.
Karakteristik sosiokultural5. Nilai persepsi6. Ruang dan teritorial7. Lingkungan8. Kesesuaian9. Sikap
interpersonal4. Komunikasi Terpeutik dalam Proses Perawatan* Proses
komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)1.
Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi denganorang
lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.2. Pengirim/ sumber/ encorder,
disebut juga komunikator. Bisa perorangan ataukelompok.3. Pesan/ berita,
informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuhatau ekspresi
wajah.4. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk
menyampaikan pesanpada penerima/ sasaran.5. Penerimaan/ sasaran/ decoder,
kepada siapa pesan yang ingin disampaikantersebut dituju.
4. Implementasi
(Purwanto, Heri, 1994)- Memperkenalkan diri kepada pasien.- Memulai interaksi
dangan pasien.- Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman
pribadinya.- Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaankebutuhannya.- Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri
pasien.5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)- Pasien dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengkaji dan memenuhikebutuhan
sendiri.- Komunikasi menjadi lebih jelas,
lebih terbuka dan berfokus pada masalah.- Membantu menciptakan lingkungan yang
dapat mengurangi tingkat kecemasan.Sumber Pustaka :1. Suryani, Komunikasi
Terpeutik : teori dan praktik, Jakarta, 2005.2. Keliat, Budi Anna, Hubungan
terapeutik perawat-klien, Jakarta, 1992.3. Purwanto, Heri, Komunikasi untuk
perawat, Jakarta, 1994.4. Potter & Perry, Fundamental keperawatan : konsep,
proses, dan praktik, vol 1,E/4, Jakarta, 1999.5. Christina, dkk, Komunikasi
kebidanan, Jakarta, 2002.6. Mubaraq, Wahid Iqbal, dkk, Promosi kesehatan :
sebuah pengantar proses belajarmengajar dalam pendidikan, Yogyakarta, 2007.7.
Karyoso, Komunikasi bagi siswa keperawatan, Jakarta, 1994.8. Blais, Kethleen
Koening, dkk, Praktik keperawatan profesional : komsep &perspektif,
Ed. 4, Jakarta, 2002.
4. Sistem sosial5. Pengaruh komunikasi1. Ditinjau dari
komunikan1. Kecakapan2. Sikap3. Pengetahan4.
Sistem sosial5. Saluran (pendengaran,
penglihatan) dari komunikanFaktor yang menghambat komunikasi : (Blais, Kathleen
Koening, dkk, 2002)1. Tahap perkembangan2. Jenis kelamin3. Peran dan hubungan4.
Karakteristik sosiokultural5. Nilai persepsi6. Ruang dan teritorial7. Lingkungan8. Kesesuaian9. Sikap
interpersonal4. Komunikasi Terpeutik dalam Proses Perawatan* Proses
komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)1.
Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi denganorang
lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.2. Pengirim/ sumber/ encorder,
disebut juga komunikator. Bisa perorangan ataukelompok.3. Pesan/ berita,
informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuhatau ekspresi
wajah.4. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk
menyampaikan pesanpada penerima/ sasaran.5. Penerimaan/ sasaran/ decoder,
kepada siapa pesan yang ingin disampaikantersebut dituju.
6. Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran
terhadap pesan yangdisampaikan.* Proses komunikasi terapeutik dalam
perawatan.1. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)- Menentukan kemampuan seseorang
dalam proses informasi.- Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk
menentukan batasintervensi.- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam
berkomunikasi secara verbal.- Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien
tersebut saat ini.- Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga
interaksi yang diharapkanbisa realistik.- Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal
yangsesuai.- Mengkaji tingkat
kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yangdibutuhkan.2. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry,
1999)- Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.- Sesi perencanaan tim
kesehatan.- Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda
implementasi.- Membuat rujukan.3. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)- Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry,
1999).- Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.- Membantu pasien agar
dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.- Meningkatkan harga diri
pasien.- Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.- Perawat dan
pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
4. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)- Memperkenalkan
diri kepada pasien.- Memulai interaksi dangan pasien.- Membantu pasien untuk
dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.- Menganjurkan kepada pasien untuk
dapat mengungkapkan perasaankebutuhannya.- Menggunakan komunikasi untuk
meningkatkan harga diri pasien.5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)- Pasien dapat
mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhikebutuhan sendiri.- Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka
dan berfokus pada masalah.- Membantu menciptakan lingkungan yang dapat
mengurangi tingkat kecemasan.Sumber Pustaka :1. Suryani, Komunikasi Terpeutik :
teori dan praktik, Jakarta, 2005.2. Keliat, Budi Anna, Hubungan terapeutik
perawat-klien, Jakarta, 1992.3. Purwanto, Heri, Komunikasi untuk perawat,
Jakarta, 1994.4. Potter & Perry, Fundamental keperawatan : konsep, proses,
dan praktik, vol 1,E/4, Jakarta, 1999.5. Christina, dkk, Komunikasi kebidanan,
Jakarta, 2002.6. Mubaraq, Wahid Iqbal, dkk, Promosi kesehatan : sebuah
pengantar proses belajarmengajar dalam pendidikan, Yogyakarta, 2007.7. Karyoso,
Komunikasi bagi siswa keperawatan, Jakarta, 1994.8. Blais, Kethleen Koening,
dkk, Praktik keperawatan profesional : komsep &perspektif, Ed. 4,
Jakarta, 2002.
4. Sistem sosial5. Pengaruh komunikasi1. Ditinjau dari
komunikan1. Kecakapan2. Sikap3. Pengetahan4.
Sistem sosial5. Saluran (pendengaran,
penglihatan) dari komunikanFaktor yang menghambat komunikasi : (Blais, Kathleen
Koening, dkk, 2002)1. Tahap perkembangan2. Jenis kelamin3. Peran dan hubungan4.
Karakteristik sosiokultural5. Nilai persepsi6. Ruang dan teritorial7. Lingkungan8. Kesesuaian9. Sikap
interpersonal4. Komunikasi Terpeutik dalam Proses Perawatan* Proses
komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)1.
Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi denganorang
lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.2. Pengirim/ sumber/ encorder,
disebut juga komunikator. Bisa perorangan ataukelompok.3. Pesan/ berita,
informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuhatau ekspresi
wajah.4. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk
menyampaikan pesanpada penerima/ sasaran.5. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada
siapa pesan yang ingin disampaikantersebut dituju.
6. Umpan balik/
feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yangdisampaikan.* Proses
komunikasi terapeutik dalam perawatan.1. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)-
Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.- Mengevaluasi data
tentang status mental pasien untuk menentukan batasintervensi.- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.-
Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.- Mengidentifikasi
tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkanbisa
realistik.- Menentukan apakah pasien
memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yangsesuai.- Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat
mengantisifasi intervensi yangdibutuhkan.2. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)- Analisa tertulis
dari penemuan pengkajian.- Sesi perencanaan tim kesehatan.- Diskusi dengan
klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.- Membuat rujukan.3.
Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)-
Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).- Membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.- Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman
yang pernah dirasakan.- Meningkatkan harga diri pasien.- Memberikan support
karena adanya perubahan lingkungan.- Perawat dan pasien sepakat untuk
berkomunikasi secara lebih terbuka.
4. Implementasi
(Purwanto, Heri, 1994)- Memperkenalkan diri kepada pasien.- Memulai interaksi
dangan pasien.- Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman
pribadinya.- Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaankebutuhannya.- Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri
pasien.5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)- Pasien dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengkaji dan memenuhikebutuhan
sendiri.- Komunikasi menjadi lebih jelas,
lebih terbuka dan berfokus pada masalah.- Membantu menciptakan lingkungan yang
dapat mengurangi tingkat kecemasan.Sumber Pustaka :1. Suryani, Komunikasi
Terpeutik : teori dan praktik, Jakarta, 2005.2. Keliat, Budi Anna, Hubungan
terapeutik perawat-klien, Jakarta, 1992.3. Purwanto, Heri, Komunikasi untuk
perawat, Jakarta, 1994.4. Potter & Perry, Fundamental keperawatan : konsep,
proses, dan praktik, vol 1,E/4, Jakarta, 1999.5. Christina, dkk, Komunikasi
kebidanan, Jakarta, 2002.6. Mubaraq, Wahid Iqbal, dkk, Promosi kesehatan :
sebuah pengantar proses belajarmengajar dalam pendidikan, Yogyakarta, 2007.7.
Karyoso, Komunikasi bagi siswa keperawatan, Jakarta, 1994.8. Blais, Kethleen
Koening, dkk, Praktik keperawatan profesional : komsep &perspektif,
Ed. 4, Jakarta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar