Sabtu, 13 April 2013

GANGGUAN SENSORI PENDENGARAN

Dengan dasar – dasar Komunikasi terapeutik secara umum.
1.      Pada Klien dengan Gangguan Sensoris Pendengaran
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran:
  1. Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien
  2. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda
  3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim
  4.  Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)
  5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
  6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
  7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).

2.      Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi  antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
  1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya
  2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama  (dan peran) anda
  3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
  4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien
  5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi
  6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
  7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru

3.      Klien Gangguan Wicara
Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Teknik Komunikasi
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut perlu diperhatikan :
  1. Perhatikan mimik dan gerak bibir klien
  2. Memperjelas kata-kata yang diucapkan kien dengan  mengulang kembali
  3. Batasi topik pembicaraan
  4. Suasana rilek dan pelan
  5. Bila perlu gunakan bahasa tulisan/simbol
 
4. Sistem social
5. Pengaruh komunikasi
1. Ditinjau dari komunikan1. Kecakapan2. Sikap3. Pengetahan4. Sistem sosial5. Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikanFaktor yang menghambat komunikasi : (Blais, Kathleen Koening, dkk, 2002)1. Tahap perkembangan2. Jenis kelamin3. Peran dan hubungan4. Karakteristik sosiokultural5. Nilai persepsi6. Ruang dan teritorial7. Lingkungan8. Kesesuaian9. Sikap interpersonal4. Komunikasi Terpeutik dalam Proses Perawatan* Proses komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)1. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi denganorang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.2. Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan ataukelompok.3. Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuhatau ekspresi wajah.4. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesanpada penerima/ sasaran.5. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikantersebut dituju.
 
4. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)- Memperkenalkan diri kepada pasien.- Memulai interaksi dangan pasien.- Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.- Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaankebutuhannya.- Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)- Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhikebutuhan sendiri.- Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.- Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.Sumber Pustaka :1. Suryani, Komunikasi Terpeutik : teori dan praktik, Jakarta, 2005.2. Keliat, Budi Anna, Hubungan terapeutik perawat-klien, Jakarta, 1992.3. Purwanto, Heri, Komunikasi untuk perawat, Jakarta, 1994.4. Potter & Perry, Fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik, vol 1,E/4, Jakarta, 1999.5. Christina, dkk, Komunikasi kebidanan, Jakarta, 2002.6. Mubaraq, Wahid Iqbal, dkk, Promosi kesehatan : sebuah pengantar proses belajarmengajar dalam pendidikan, Yogyakarta, 2007.7. Karyoso, Komunikasi bagi siswa keperawatan, Jakarta, 1994.8. Blais, Kethleen Koening, dkk, Praktik keperawatan profesional : komsep &perspektif, Ed. 4, Jakarta, 2002.
 
4. Sistem sosial5. Pengaruh komunikasi1. Ditinjau dari komunikan1. Kecakapan2. Sikap3. Pengetahan4. Sistem sosial5. Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikanFaktor yang menghambat komunikasi : (Blais, Kathleen Koening, dkk, 2002)1. Tahap perkembangan2. Jenis kelamin3. Peran dan hubungan4. Karakteristik sosiokultural5. Nilai persepsi6. Ruang dan teritorial7. Lingkungan8. Kesesuaian9. Sikap interpersonal4. Komunikasi Terpeutik dalam Proses Perawatan* Proses komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)1. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi denganorang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.2. Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan ataukelompok.3. Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuhatau ekspresi wajah.4. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesanpada penerima/ sasaran.5. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikantersebut dituju.
 
6. Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yangdisampaikan.* Proses komunikasi terapeutik dalam perawatan.1. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)- Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.- Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batasintervensi.- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.- Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.- Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkanbisa realistik.- Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yangsesuai.- Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yangdibutuhkan.2. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)- Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.- Sesi perencanaan tim kesehatan.- Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.- Membuat rujukan.3. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)- Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).- Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.- Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.- Meningkatkan harga diri pasien.- Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.- Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
 
4. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)- Memperkenalkan diri kepada pasien.- Memulai interaksi dangan pasien.- Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.- Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaankebutuhannya.- Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)- Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhikebutuhan sendiri.- Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.- Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.Sumber Pustaka :1. Suryani, Komunikasi Terpeutik : teori dan praktik, Jakarta, 2005.2. Keliat, Budi Anna, Hubungan terapeutik perawat-klien, Jakarta, 1992.3. Purwanto, Heri, Komunikasi untuk perawat, Jakarta, 1994.4. Potter & Perry, Fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik, vol 1,E/4, Jakarta, 1999.5. Christina, dkk, Komunikasi kebidanan, Jakarta, 2002.6. Mubaraq, Wahid Iqbal, dkk, Promosi kesehatan : sebuah pengantar proses belajarmengajar dalam pendidikan, Yogyakarta, 2007.7. Karyoso, Komunikasi bagi siswa keperawatan, Jakarta, 1994.8. Blais, Kethleen Koening, dkk, Praktik keperawatan profesional : komsep &perspektif, Ed. 4, Jakarta, 2002.


 
4. Sistem sosial5. Pengaruh komunikasi1. Ditinjau dari komunikan1. Kecakapan2. Sikap3. Pengetahan4. Sistem sosial5. Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikanFaktor yang menghambat komunikasi : (Blais, Kathleen Koening, dkk, 2002)1. Tahap perkembangan2. Jenis kelamin3. Peran dan hubungan4. Karakteristik sosiokultural5. Nilai persepsi6. Ruang dan teritorial7. Lingkungan8. Kesesuaian9. Sikap interpersonal4. Komunikasi Terpeutik dalam Proses Perawatan* Proses komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)1. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi denganorang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.2. Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan ataukelompok.3. Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuhatau ekspresi wajah.4. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesanpada penerima/ sasaran.5. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikantersebut dituju.
 
6. Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yangdisampaikan.* Proses komunikasi terapeutik dalam perawatan.1. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)- Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.- Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batasintervensi.- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.- Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.- Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkanbisa realistik.- Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yangsesuai.- Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yangdibutuhkan.2. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)- Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.- Sesi perencanaan tim kesehatan.- Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.- Membuat rujukan.3. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)- Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).- Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.- Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.- Meningkatkan harga diri pasien.- Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.- Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
 
4. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)- Memperkenalkan diri kepada pasien.- Memulai interaksi dangan pasien.- Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.- Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaankebutuhannya.- Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)- Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhikebutuhan sendiri.- Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.- Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.Sumber Pustaka :1. Suryani, Komunikasi Terpeutik : teori dan praktik, Jakarta, 2005.2. Keliat, Budi Anna, Hubungan terapeutik perawat-klien, Jakarta, 1992.3. Purwanto, Heri, Komunikasi untuk perawat, Jakarta, 1994.4. Potter & Perry, Fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik, vol 1,E/4, Jakarta, 1999.5. Christina, dkk, Komunikasi kebidanan, Jakarta, 2002.6. Mubaraq, Wahid Iqbal, dkk, Promosi kesehatan : sebuah pengantar proses belajarmengajar dalam pendidikan, Yogyakarta, 2007.7. Karyoso, Komunikasi bagi siswa keperawatan, Jakarta, 1994.8. Blais, Kethleen Koening, dkk, Praktik keperawatan profesional : komsep &perspektif, Ed. 4, Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar